Layanan internet (broadband) di Indonesia adalah salah satu yang terburuk di dunia, bahkan di Asia. Tingginya tarif internet belumlah sebanding dengan layanan, yaitu kecepatan akses data yang memuaskan. Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Riset Sharing Vision Dimitri Mahayana di Bandung.
"Tarif internet di Indonesia itu 300 kali lebih mahal daripada di Jepang. Di sana, tarif layanan termurah dilepas di USD 0,13 per megabit/detik. Di tempat kita, yang paling murah Fastnet, ada di USD 15 per megabit/detik," tutur dosen Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung ini mengutip data dari riset OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Development.
Rata-rata di Indonesia, tarif layanan internet adalah USD 50 (Rp 550.000 per megabit/detik. Yang jadi masalah, kecepatan akses rata-rata di Indonesia 256 kilobit per detik. Sementara, kecepatan akses di Jepang mencapai 93. 693 kilobit/detik. Maka, dari hasil survei Sharing Vision, kondisi ini mengakibatkan tingkat kepuasan dan ketertarikan berlangganan internet menurun. Dari 84 persen menjadi 66 persen di tahun berikutnya.
"Kalau lambat dan mahal seperti ini ya repot. Ibaratnya dengan negara lain, kita naik sepeda mereka naik Rolls-Royce. Padahal, banyak hal dan ilmu yang bisa kita dapat dari internet," tuturnya.
Minimnya konten dalam negeri dan lemahnya infrastruktur, yaitu jaringan backbone di Indonesia adalah beberapa penyebab buruknya layanan internet di negara kita.(kompas)
"Tarif internet di Indonesia itu 300 kali lebih mahal daripada di Jepang. Di sana, tarif layanan termurah dilepas di USD 0,13 per megabit/detik. Di tempat kita, yang paling murah Fastnet, ada di USD 15 per megabit/detik," tutur dosen Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung ini mengutip data dari riset OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Development.
Rata-rata di Indonesia, tarif layanan internet adalah USD 50 (Rp 550.000 per megabit/detik. Yang jadi masalah, kecepatan akses rata-rata di Indonesia 256 kilobit per detik. Sementara, kecepatan akses di Jepang mencapai 93. 693 kilobit/detik. Maka, dari hasil survei Sharing Vision, kondisi ini mengakibatkan tingkat kepuasan dan ketertarikan berlangganan internet menurun. Dari 84 persen menjadi 66 persen di tahun berikutnya.
"Kalau lambat dan mahal seperti ini ya repot. Ibaratnya dengan negara lain, kita naik sepeda mereka naik Rolls-Royce. Padahal, banyak hal dan ilmu yang bisa kita dapat dari internet," tuturnya.
Minimnya konten dalam negeri dan lemahnya infrastruktur, yaitu jaringan backbone di Indonesia adalah beberapa penyebab buruknya layanan internet di negara kita.(kompas)