Foto : Arien Spencer
Di tengah krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemerintah dari berbagai negara beramai-ramai mengeluarkan berbagai macam rancangan penyelamatan bursa efek, salah satu cara yang paling umum adalah langsung saja ‘membombardir dengan uang’, dana raksasa sebesar ratusan milyar pun digelontorkan untuk menyelamatkan perekonomian. Namun apakah hasilnya akan seperti harapan orang-orang? Bagaimana kita melihat kesulitan ekonomi yang luar biasa ini? Dimanakah jalan keluar di masa yang akan datang?
Pembawa acara Interaksi Hot Point mewawancarai secara khusus seorang kritikus senior yakni Mr. Jason beberapa waktu lalu. Berikut ini hasil dari wawancara khusus tersebut.
Wartawan (W): Menghadapi krisis ekonomi global ini, kelihatannya tidak ada satu pun negara yang dapat bertahan, hanya dalam tempo singkat selama beberapa bulan saja dana bursa saham di seluruh dunia telah menguap sebesar USD 30 trilyun. Seberapa besar pengaruh bencana tersebut terhadap perekonomian dunia?
Jason (J): Kita semua tahu bahwa bursa efek adalah ‘Barometer’ perekonomian, misalnya jika ekspektasi orang – orang terhadap perekonomian dunia sangat buruk, maka bursa efek akan anjlok, dan akhirnya terbukti bahwa masa depan perkembangan ekonomi pada waktu yang akan datang sangat pesimis. Perasaan terhadap nilai harta kekayaan diri sendiri pun juga akan menyusut, sehingga dia akan memperketat pengeluarannya. Itulah alasan mengapa setelah bursa efek jatuh terhempas, negara-negara yang tadinya adalah penggerak konsumtif di dunia seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, secara keseluruhan kemampuan konsumsinya berturut-turut menurun.
Sementara negara-negara yang mengandalkan ekspor sebagai pendorong perekonomiannya, seperti Tiongkok dan India juga ikut terseret jatuh. Oleh karena itu seluruh dunia tak peduli pihak konsumen maupun produsen, berbagai aspek perekonomian semuanya sangat terpengaruh oleh gempuran tersebut. Dan seberapa parah pengaruhnya, hingga saat ini belum ada sebuah perusahaan atau pun negara yang mampu melihat hingga dasarnya.
W: Sekarang pemerintahan Obama secara darurat mengeluarkan rancangan merangsang perekonomian dengan dana besar sebanyak USD 800 milyar, di Eropa juga ada rencana untuk mengeluarkan dana sebesar lebih dari 2 trilyun Euro, Jepang menyediakan beberapa trilyun, Tiongkok juga mengajukan sebuah rencana fiktif yakni sebesar 4 trilyun RMB. Apa saja persamaan dan perbedaan diantara rancangan-rancangan tersebut?
J: Semua perencanaan ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yang pertama adalah langsung memberi uang untuk menolong perusahaan – perusahaan yang sedang dililit masalah, agar perusahaan tersebut tidak sampai bangkrut, dan semua karyawannya dapat terus bekerja; kedua adalah pemerintah mengeluarkan dana, untuk memperluas pembangunan infrastruktur, seperti yang sedang dilakukan oleh PKC, adalah perwujudan dari konsep tersebut, pemerintah yang mengeluarkan dana itu; ketiga adalah langsung memberi uang kepada rakyat jelata, agar rakyat dapat memanfaatkan uang tersebut, seperti Jepang dan Taiwan. Semua cara-cara ini sekarang masih belum dapat terlihat, mana yang akan lebih berhasil.
W: Andai dasarnya masih belum terlihat, apakah cara menggelontorkan dana sebanyak-banyaknya seperti sekarang ini, akan dapat memenuhi harapan orang – orang untuk menyelamatkan perekonomian?
J: Jawaban dari pertanyaan ini adalah “tidak tahu”, tidak ada seorang pun yang tahu. Kongres AS masih terus memperdebatkan rancangan USD 8 triliyun itu, yang berikut bunganya pada 10 tahun kemudian akan menjadi USD 12 trilyun, apakah akan efektif? Kenyataannya tidak seorang pun yang berani menjamin efektifitasnya. Obama mengeluarkan rancangan ini, satu – satunya alasannya adalah ‘jika ini tidak dilakukan akibatnya akan lebih mengerikan lagi’, akan tetapi seberapa besar efektifitasnya setelah dilaksanakan? Tidak ada seorang pun yang tahu.
Anda dapat melihat, dalam sejarah ini bukannya tidak ada orang yang melakukannya, semua orang sedang melakukannya. Akan tetapi kita bisa melihat hasil dari setiap usaha itu, sepertinya tidak menimbulkan efek apa – apa, lalu apakah kali ini akan efektif? Jawabannya masih tetap “tidak tahu”.
AS telah menyuntikkan begitu banyak, Eropa telah menyuntikkan begitu banyak, Jepang telah menyuntikkan begitu banyak, jika bunganya dihitung pula, jumlahnya pasti tidak kurang dari USD 3 trilyun, oleh karena itu saya lebih cenderung menyebutnya sebagai “taruhan 3 trilyun seluruh dunia”. Kita semua merasa bahwa pada saat bencana besar ini tiba, kita terpaksa harus mengeluarkan uang sebanyak itu untuk dipertaruhkan, mencoba apakah bisa atau tidak. Kenyataannya kita memang hanya bisa mengatakan bahwa coba kita pertaruhkan apakah bisa mengatasinya, namun tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa cara ini pasti berhasil.
W: Apakah memang terpaksa harus dilakukan demikian? Jika tidak dilakukan demikian akan bagaimanakah jadinya? Dan sekarang hal ini sudah dilakukan, lalu akan mendapatkan hasil yang bagaimana pula?
J: Semua orang mengacu pada AS 30 tahun yang lalu, waktu itu terjadi krisis ekonomi, sikap pemerintah yang tidak mengambil tindakan apa pun, membuat krisis tersebut berdampak semakin parah, 80% bank pun bangkrut, angka pengangguran mencapai 30%, lagi pula terus berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya, rakyat mengalami banyak penderitaan. Maka sekarang ini semua orang mengatakan pemerintah tidak boleh tinggal diam. Konsep yang dimiliki oleh seluruh dunia adalah pemerintah harus bertindak, dan masalah ini harus diselesaikan.
Sesungguhnya menurut pengamatan saya, ini adalah konsep yang sangat bertolak belakang. Apa yang menjadi pemicu krisis ekonomi sekarang ini? Bisa dikatakan adalah pengaruh dari badai kredit properti, tapi penyebab sesungguhnya adalah sikap konsumtif yang terlalu berlebihan, adalah akibat dari investasi yang berlebihan. 10 tahun terakhir ini, perekonomian negara-negara Barat yang berkembang pesat, sesungguhnya berasal dari dana kapital yang sangat berlimpah, lagi pula konsumsi masyarakat terlampau membengkak, hingga pada akhirnya mendorong perekonomian secara keseluruhan sampai pada keadaan seperti sekarang ini.
Dalam 20 tahun terakhir ini, nilai tukar mata uang RMB tidak normal, siapa yang diuntungkan? Perkembangan ekonomi Tiongkok dan global tidak seimbang, pada akhirnya membuat dana di seluruh negara Barat terlalu berlebihan, sehingga menimbulkan sumber permasalahan yang paling mendasar ini.
Apakah sumber permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara pemerintah menyuntikkan dana ratusan milyar? Sumber permasalahan ini sama sekali tidak dapat diselesaikan, sumber permasalahan ini berasal dari ketidakseimbangan perkembangan internasional secara keseluruhan; sumber permasalahan ini berasal dari sikap masyarakat di seluruh negara Barat yang terlalu konsumtif, yang mengambil uang sebelumnya dan melampaui simpanannya.
Dan sekarang, rencana penyelesaian ini sebaliknya justru membuat orang semakin menghamburkan uang, membuat orang menciptakan defisit anggaran pemerintah yang lebih besar lagi untuk dihamburkan. Dan apa yang lebih mengerikan lagi? Sekarang seluruh dunia sudah tidak berdaya seperti dulu lagi: pemerintah AS akan mengeluarkan surat utang sebesar USD 1 trilyun, Jepang dan Rusia akan membelinya. Pada waktu itu dua negara tersebut dipastikan memiliki devisa yang sangat banyak, tapi saat itu negara-negara tersebut juga sedang menghadapi masalah yang sangat besar, pada saat demikian AS kembali mengeluarkan surat utang negara yang begitu besar, adakah yang membelinya? Dapatkah dijual dengan lancar? Sementara dana itu sudah digunakan, seberapa besar dampak negatif yang akan timbul?
Ibaratnya seseorang yang fisiknya sudah sangat lemah, ia masih mengeluarkan seluruh uangnya untuk membeli obat penguat jantung, setelah diinjeksikan ia masih bekerja untuk mendapatkan uang. Sebenarnya setelah penguat jantung ini diinjeksikan, jika ternyata tidak dapat membuat fisiknya kembali kuat untuk bekerja lagi, sementara uang untuk makan semua sudah dibelanjakan habis, lalu bagaimana lagi orang itu dapat hidup?
Bahkan pemerintah AS pun mengatakan: masalah kita berasal dari kita sendiri yang terlalu konsumtif, sekarang kita justru menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara berkonsumsi. Ini adalah suatu tindakan yang sangat bertolak belakang, siapa pun menyadari bahwa ini adalah tindakan yang sangat tidak rasional.
W: Lalu tindakan bagaimana yang baru benar – benar rasional, atau haruskah kita berdiri di luar krisis untuk melihat krisis tersebut, lalu mencari cara penyelesaian yang lain?
J: Kita melihat selama 50 tahun terakhir, terutama setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2 tahun 1945, perekonomian manusia relatif tenang selama 60 tahun, bahkan ada yang kehidupan materialnya sangat boros.
Menilik sepanjang sejarah manusia, tidak ada satu pun periode kehidupan manusia yang setenang itu, dan persediaan materi yang begitu berlimpah. Apakah kehidupan seperti itu baik? Sebenarnya saya sudah pernah membicarakan masalah ini dengan banyak warga lanjut usia Tionghoa maupun Amerika.
AS pernah mengalami krisis ekonomi di era 1930-an, orang-orang masa itu sekarang sudah berusia sekitar 80-90 tahun, dan mereka mengaku bahwa generasi mereka ini mendapatkan manfaat dari krisis ekonomi tersebut.
Karena kehidupan yang sulit di masa itu membuat mereka menyadari: apa arti kehidupan seorang manusia? Apa yang sesungguhnya kita butuhkan? Apa yang kita inginkan dan yang kita butuhkan adalah 2 konsep yang berbeda. Orang-orang pada masa itu mampu mengendalikan nafsu terhadap materi, orang-orang menghargai segala sesuatu yang mereka miliki, dan semua orang dapat menentukan pilihan yang tepat di antara sekian banyak pandangan hidup yang harus dipilihnya.
Di dalam masyarakat sekarang ini kelompok yang paling utama, adalah kelompok usia yang berkisar antara 20 – 50 tahun, yang seumur hidupnya tidak pernah mengalami penderitaan apa pun, dan sejak lahir hidup dalam ketenangan dan kemakmuran, oleh karena itu warga AS sebenarnya tidak mampu mengendalikan nafsu keinginan mereka untuk berbelanja, ada orang yang bahkan seperti maniak belanja. Dengan serta merta ia akan membelanjakan uang secara berlebihan, dan tidak akan memperkirakan kondisi konsumsi di masa yang akan datang.
Saya merasa jika tidak mengalami krisis ekonomi seperti ini, pasti akan mengalami hal – hal lain. Karena perkembangan yang bersifat eksplosif seperti ini, tidak mungkin manusia akan bertahan. Akan tetapi jika dikatakan dapatkah mengalami ini tanpa campur tangan pemerintah? Hampir tidak mungkin. Sebab beginilah struktur politik sekarang ini, pemerintah dipilih oleh rakyat, pemerintah harus bertindak, jika tidak, maka rakyat tidak akan mentolelir. Di samping itu, kemampuan manusia dalam menahan penderitaan sudah menurun, dulu saya dapat menanggung penderitaan, menghilangkan benda-benda yang tidak baik, lalu saya akan mendapatkan kebahagiaan, sementara orang – orang sekarang tidak ada keberanian untuk menghadapi hal seperti ini.
Begitulah proses perkembangan umat manusia, ketika kita sudah berkembang hingga suatu tahap tertentu, manusia sudah tidak dapat lagi melihat bahwa di luar konsep kehidupan seperti ini, masih ada konsep kehidupan yang lain lagi. Jika tidak pergi membeli makanan di MacDonald, banyak orang Amerika yang tidak tahu bagaimana caranya memasak, jadi ini adalah hal yang mutlak terjadi pada saat manusia membatasi perkembangan dirinya. Sementara mempertaruhkan dana USD 3 trilyun ini, juga sudah menjadi satu – satunya cara penyelesaian untuk mengatasi gaya hidup manusia moderen di tengah keadaan seperti ini.
W: Jadi sepertinya jalan keluar, atau penyelesaian sesungguhnya, adalah manusia harus merubah konsepnya.
J: Manusia harus mengubah cara berpikir, mencari bagaimana menempuh sebuah jalan hidup. (New Tang Dynasty Television/lie)
Di tengah krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemerintah dari berbagai negara beramai-ramai mengeluarkan berbagai macam rancangan penyelamatan bursa efek, salah satu cara yang paling umum adalah langsung saja ‘membombardir dengan uang’, dana raksasa sebesar ratusan milyar pun digelontorkan untuk menyelamatkan perekonomian. Namun apakah hasilnya akan seperti harapan orang-orang? Bagaimana kita melihat kesulitan ekonomi yang luar biasa ini? Dimanakah jalan keluar di masa yang akan datang?
Pembawa acara Interaksi Hot Point mewawancarai secara khusus seorang kritikus senior yakni Mr. Jason beberapa waktu lalu. Berikut ini hasil dari wawancara khusus tersebut.
Wartawan (W): Menghadapi krisis ekonomi global ini, kelihatannya tidak ada satu pun negara yang dapat bertahan, hanya dalam tempo singkat selama beberapa bulan saja dana bursa saham di seluruh dunia telah menguap sebesar USD 30 trilyun. Seberapa besar pengaruh bencana tersebut terhadap perekonomian dunia?
Jason (J): Kita semua tahu bahwa bursa efek adalah ‘Barometer’ perekonomian, misalnya jika ekspektasi orang – orang terhadap perekonomian dunia sangat buruk, maka bursa efek akan anjlok, dan akhirnya terbukti bahwa masa depan perkembangan ekonomi pada waktu yang akan datang sangat pesimis. Perasaan terhadap nilai harta kekayaan diri sendiri pun juga akan menyusut, sehingga dia akan memperketat pengeluarannya. Itulah alasan mengapa setelah bursa efek jatuh terhempas, negara-negara yang tadinya adalah penggerak konsumtif di dunia seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, secara keseluruhan kemampuan konsumsinya berturut-turut menurun.
Sementara negara-negara yang mengandalkan ekspor sebagai pendorong perekonomiannya, seperti Tiongkok dan India juga ikut terseret jatuh. Oleh karena itu seluruh dunia tak peduli pihak konsumen maupun produsen, berbagai aspek perekonomian semuanya sangat terpengaruh oleh gempuran tersebut. Dan seberapa parah pengaruhnya, hingga saat ini belum ada sebuah perusahaan atau pun negara yang mampu melihat hingga dasarnya.
W: Sekarang pemerintahan Obama secara darurat mengeluarkan rancangan merangsang perekonomian dengan dana besar sebanyak USD 800 milyar, di Eropa juga ada rencana untuk mengeluarkan dana sebesar lebih dari 2 trilyun Euro, Jepang menyediakan beberapa trilyun, Tiongkok juga mengajukan sebuah rencana fiktif yakni sebesar 4 trilyun RMB. Apa saja persamaan dan perbedaan diantara rancangan-rancangan tersebut?
J: Semua perencanaan ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yang pertama adalah langsung memberi uang untuk menolong perusahaan – perusahaan yang sedang dililit masalah, agar perusahaan tersebut tidak sampai bangkrut, dan semua karyawannya dapat terus bekerja; kedua adalah pemerintah mengeluarkan dana, untuk memperluas pembangunan infrastruktur, seperti yang sedang dilakukan oleh PKC, adalah perwujudan dari konsep tersebut, pemerintah yang mengeluarkan dana itu; ketiga adalah langsung memberi uang kepada rakyat jelata, agar rakyat dapat memanfaatkan uang tersebut, seperti Jepang dan Taiwan. Semua cara-cara ini sekarang masih belum dapat terlihat, mana yang akan lebih berhasil.
W: Andai dasarnya masih belum terlihat, apakah cara menggelontorkan dana sebanyak-banyaknya seperti sekarang ini, akan dapat memenuhi harapan orang – orang untuk menyelamatkan perekonomian?
J: Jawaban dari pertanyaan ini adalah “tidak tahu”, tidak ada seorang pun yang tahu. Kongres AS masih terus memperdebatkan rancangan USD 8 triliyun itu, yang berikut bunganya pada 10 tahun kemudian akan menjadi USD 12 trilyun, apakah akan efektif? Kenyataannya tidak seorang pun yang berani menjamin efektifitasnya. Obama mengeluarkan rancangan ini, satu – satunya alasannya adalah ‘jika ini tidak dilakukan akibatnya akan lebih mengerikan lagi’, akan tetapi seberapa besar efektifitasnya setelah dilaksanakan? Tidak ada seorang pun yang tahu.
Anda dapat melihat, dalam sejarah ini bukannya tidak ada orang yang melakukannya, semua orang sedang melakukannya. Akan tetapi kita bisa melihat hasil dari setiap usaha itu, sepertinya tidak menimbulkan efek apa – apa, lalu apakah kali ini akan efektif? Jawabannya masih tetap “tidak tahu”.
AS telah menyuntikkan begitu banyak, Eropa telah menyuntikkan begitu banyak, Jepang telah menyuntikkan begitu banyak, jika bunganya dihitung pula, jumlahnya pasti tidak kurang dari USD 3 trilyun, oleh karena itu saya lebih cenderung menyebutnya sebagai “taruhan 3 trilyun seluruh dunia”. Kita semua merasa bahwa pada saat bencana besar ini tiba, kita terpaksa harus mengeluarkan uang sebanyak itu untuk dipertaruhkan, mencoba apakah bisa atau tidak. Kenyataannya kita memang hanya bisa mengatakan bahwa coba kita pertaruhkan apakah bisa mengatasinya, namun tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bahwa cara ini pasti berhasil.
W: Apakah memang terpaksa harus dilakukan demikian? Jika tidak dilakukan demikian akan bagaimanakah jadinya? Dan sekarang hal ini sudah dilakukan, lalu akan mendapatkan hasil yang bagaimana pula?
J: Semua orang mengacu pada AS 30 tahun yang lalu, waktu itu terjadi krisis ekonomi, sikap pemerintah yang tidak mengambil tindakan apa pun, membuat krisis tersebut berdampak semakin parah, 80% bank pun bangkrut, angka pengangguran mencapai 30%, lagi pula terus berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya, rakyat mengalami banyak penderitaan. Maka sekarang ini semua orang mengatakan pemerintah tidak boleh tinggal diam. Konsep yang dimiliki oleh seluruh dunia adalah pemerintah harus bertindak, dan masalah ini harus diselesaikan.
Sesungguhnya menurut pengamatan saya, ini adalah konsep yang sangat bertolak belakang. Apa yang menjadi pemicu krisis ekonomi sekarang ini? Bisa dikatakan adalah pengaruh dari badai kredit properti, tapi penyebab sesungguhnya adalah sikap konsumtif yang terlalu berlebihan, adalah akibat dari investasi yang berlebihan. 10 tahun terakhir ini, perekonomian negara-negara Barat yang berkembang pesat, sesungguhnya berasal dari dana kapital yang sangat berlimpah, lagi pula konsumsi masyarakat terlampau membengkak, hingga pada akhirnya mendorong perekonomian secara keseluruhan sampai pada keadaan seperti sekarang ini.
Dalam 20 tahun terakhir ini, nilai tukar mata uang RMB tidak normal, siapa yang diuntungkan? Perkembangan ekonomi Tiongkok dan global tidak seimbang, pada akhirnya membuat dana di seluruh negara Barat terlalu berlebihan, sehingga menimbulkan sumber permasalahan yang paling mendasar ini.
Apakah sumber permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara pemerintah menyuntikkan dana ratusan milyar? Sumber permasalahan ini sama sekali tidak dapat diselesaikan, sumber permasalahan ini berasal dari ketidakseimbangan perkembangan internasional secara keseluruhan; sumber permasalahan ini berasal dari sikap masyarakat di seluruh negara Barat yang terlalu konsumtif, yang mengambil uang sebelumnya dan melampaui simpanannya.
Dan sekarang, rencana penyelesaian ini sebaliknya justru membuat orang semakin menghamburkan uang, membuat orang menciptakan defisit anggaran pemerintah yang lebih besar lagi untuk dihamburkan. Dan apa yang lebih mengerikan lagi? Sekarang seluruh dunia sudah tidak berdaya seperti dulu lagi: pemerintah AS akan mengeluarkan surat utang sebesar USD 1 trilyun, Jepang dan Rusia akan membelinya. Pada waktu itu dua negara tersebut dipastikan memiliki devisa yang sangat banyak, tapi saat itu negara-negara tersebut juga sedang menghadapi masalah yang sangat besar, pada saat demikian AS kembali mengeluarkan surat utang negara yang begitu besar, adakah yang membelinya? Dapatkah dijual dengan lancar? Sementara dana itu sudah digunakan, seberapa besar dampak negatif yang akan timbul?
Ibaratnya seseorang yang fisiknya sudah sangat lemah, ia masih mengeluarkan seluruh uangnya untuk membeli obat penguat jantung, setelah diinjeksikan ia masih bekerja untuk mendapatkan uang. Sebenarnya setelah penguat jantung ini diinjeksikan, jika ternyata tidak dapat membuat fisiknya kembali kuat untuk bekerja lagi, sementara uang untuk makan semua sudah dibelanjakan habis, lalu bagaimana lagi orang itu dapat hidup?
Bahkan pemerintah AS pun mengatakan: masalah kita berasal dari kita sendiri yang terlalu konsumtif, sekarang kita justru menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara berkonsumsi. Ini adalah suatu tindakan yang sangat bertolak belakang, siapa pun menyadari bahwa ini adalah tindakan yang sangat tidak rasional.
W: Lalu tindakan bagaimana yang baru benar – benar rasional, atau haruskah kita berdiri di luar krisis untuk melihat krisis tersebut, lalu mencari cara penyelesaian yang lain?
J: Kita melihat selama 50 tahun terakhir, terutama setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2 tahun 1945, perekonomian manusia relatif tenang selama 60 tahun, bahkan ada yang kehidupan materialnya sangat boros.
Menilik sepanjang sejarah manusia, tidak ada satu pun periode kehidupan manusia yang setenang itu, dan persediaan materi yang begitu berlimpah. Apakah kehidupan seperti itu baik? Sebenarnya saya sudah pernah membicarakan masalah ini dengan banyak warga lanjut usia Tionghoa maupun Amerika.
AS pernah mengalami krisis ekonomi di era 1930-an, orang-orang masa itu sekarang sudah berusia sekitar 80-90 tahun, dan mereka mengaku bahwa generasi mereka ini mendapatkan manfaat dari krisis ekonomi tersebut.
Karena kehidupan yang sulit di masa itu membuat mereka menyadari: apa arti kehidupan seorang manusia? Apa yang sesungguhnya kita butuhkan? Apa yang kita inginkan dan yang kita butuhkan adalah 2 konsep yang berbeda. Orang-orang pada masa itu mampu mengendalikan nafsu terhadap materi, orang-orang menghargai segala sesuatu yang mereka miliki, dan semua orang dapat menentukan pilihan yang tepat di antara sekian banyak pandangan hidup yang harus dipilihnya.
Di dalam masyarakat sekarang ini kelompok yang paling utama, adalah kelompok usia yang berkisar antara 20 – 50 tahun, yang seumur hidupnya tidak pernah mengalami penderitaan apa pun, dan sejak lahir hidup dalam ketenangan dan kemakmuran, oleh karena itu warga AS sebenarnya tidak mampu mengendalikan nafsu keinginan mereka untuk berbelanja, ada orang yang bahkan seperti maniak belanja. Dengan serta merta ia akan membelanjakan uang secara berlebihan, dan tidak akan memperkirakan kondisi konsumsi di masa yang akan datang.
Saya merasa jika tidak mengalami krisis ekonomi seperti ini, pasti akan mengalami hal – hal lain. Karena perkembangan yang bersifat eksplosif seperti ini, tidak mungkin manusia akan bertahan. Akan tetapi jika dikatakan dapatkah mengalami ini tanpa campur tangan pemerintah? Hampir tidak mungkin. Sebab beginilah struktur politik sekarang ini, pemerintah dipilih oleh rakyat, pemerintah harus bertindak, jika tidak, maka rakyat tidak akan mentolelir. Di samping itu, kemampuan manusia dalam menahan penderitaan sudah menurun, dulu saya dapat menanggung penderitaan, menghilangkan benda-benda yang tidak baik, lalu saya akan mendapatkan kebahagiaan, sementara orang – orang sekarang tidak ada keberanian untuk menghadapi hal seperti ini.
Begitulah proses perkembangan umat manusia, ketika kita sudah berkembang hingga suatu tahap tertentu, manusia sudah tidak dapat lagi melihat bahwa di luar konsep kehidupan seperti ini, masih ada konsep kehidupan yang lain lagi. Jika tidak pergi membeli makanan di MacDonald, banyak orang Amerika yang tidak tahu bagaimana caranya memasak, jadi ini adalah hal yang mutlak terjadi pada saat manusia membatasi perkembangan dirinya. Sementara mempertaruhkan dana USD 3 trilyun ini, juga sudah menjadi satu – satunya cara penyelesaian untuk mengatasi gaya hidup manusia moderen di tengah keadaan seperti ini.
W: Jadi sepertinya jalan keluar, atau penyelesaian sesungguhnya, adalah manusia harus merubah konsepnya.
J: Manusia harus mengubah cara berpikir, mencari bagaimana menempuh sebuah jalan hidup. (New Tang Dynasty Television/lie)