Si Raja Muda Nan Tampan |
Bhutan, negara kecil di kaki pegunungan Himalaya, menobatkan Jigme Khesar Namgyal Wangchuck sebagai raja kelimanya, Kamis (6/11). Khesar, 28, merupakan sebagai raja termuda dunia. Pemuda lulusan Universitas Oxford, Inggris, itu dinobatkan menjadi raja oleh ayahnya, Raja Jigme Singye Wangchuck yang telah berusia 58 tahun.
Mahkota Gagak lambang raja Bhutan kini berpindah ke kepala Khesar, yang mendapat gelar Druk Gyalpo, atau Raja Naga dari ayahnya. Digelar di Tashichho Dzong, benteng raksasa bertembok putih buatan abad 17, upacara penobatan penuh warna itu bercampur dalam tata cara Buddha.
Penobatan raja baru itu merupakan usaha terakhir kerajaan Bhutan agar tetap bertahan dari gempuran demokrasi. Strategi itu akhirnya terbayar lunas begitu penduduk Bhutan berbondong-bondong mengikuti perayaan selama tiga hari.
“Dia disukai rakyat dan juga sangat pintar namun tetap sederhana. Kami bahagia, begitu juga dengan teman-teman saya, secara umum sebagai bangsa, kami senang,” kata Sonam Phuntsho, seorang pegawai sipil di Thimphu.
Mahkota Gagak lambang raja Bhutan kini berpindah ke kepala Khesar, yang mendapat gelar Druk Gyalpo, atau Raja Naga dari ayahnya. Digelar di Tashichho Dzong, benteng raksasa bertembok putih buatan abad 17, upacara penobatan penuh warna itu bercampur dalam tata cara Buddha.
Penobatan raja baru itu merupakan usaha terakhir kerajaan Bhutan agar tetap bertahan dari gempuran demokrasi. Strategi itu akhirnya terbayar lunas begitu penduduk Bhutan berbondong-bondong mengikuti perayaan selama tiga hari.
“Dia disukai rakyat dan juga sangat pintar namun tetap sederhana. Kami bahagia, begitu juga dengan teman-teman saya, secara umum sebagai bangsa, kami senang,” kata Sonam Phuntsho, seorang pegawai sipil di Thimphu.
Anak Dan Ayah |
Sepatu Sang Raja |
Total penduduk Bhutan hanya sekitar 600.000 orang. Negara ini terletak di wilayah pegunungan dan perbukitan terpencil antara India dan China.
Maret lalu, untuk pertama kalinya mereka menggelar pemilihan parlemen dan perdana menteri secara demokratis.
Mantan raja Bhutan turun tahta sekitar dua tahun silam, dan itu adalah bagian dari adaptasi ke sistem demokrasi yang diterapkan sekarang, sesuatu yang gagal dilakukan di negara tetangga, Nepal di mana dinasti kerajaan yang telah berdiri selama 240 tahun diruntuhkan para pemberontak Maois, Mei silam.
“Waktu terbaik mengubah sistem politik adalah ketika negara stabil dan damai. Mengapa mesti menunggu revolusi? Mengapa menobatkan raja baru mesti menunggu raja terdahulu meninggal?” jelas Jigme Singye Wangchuck, mantan raja Bhutan ketika dia memulai proses reformasi demokrasi, 2005 silam.
Dinasti Wangchuk mengambil alih kerajaan Bhutan lebih dari satu abad lalu. sampai tahun 1960-1n, negara ini tak memiliki jalan besar ataupun mata uang.
“Kami negeri yang damai, berusaha menyeimbangkan antara modernisasi dan menjaga tradisi yang sangat penting bagi rakyat. Sangat penting untuk mengontrol pengaruh luar,” tambah Heroka Zangpo, pekerja publik yang sedang menikmati perayaan penobatan di Thimpu.[dm/sry/ais]
Maret lalu, untuk pertama kalinya mereka menggelar pemilihan parlemen dan perdana menteri secara demokratis.
Mantan raja Bhutan turun tahta sekitar dua tahun silam, dan itu adalah bagian dari adaptasi ke sistem demokrasi yang diterapkan sekarang, sesuatu yang gagal dilakukan di negara tetangga, Nepal di mana dinasti kerajaan yang telah berdiri selama 240 tahun diruntuhkan para pemberontak Maois, Mei silam.
“Waktu terbaik mengubah sistem politik adalah ketika negara stabil dan damai. Mengapa mesti menunggu revolusi? Mengapa menobatkan raja baru mesti menunggu raja terdahulu meninggal?” jelas Jigme Singye Wangchuck, mantan raja Bhutan ketika dia memulai proses reformasi demokrasi, 2005 silam.
Dinasti Wangchuk mengambil alih kerajaan Bhutan lebih dari satu abad lalu. sampai tahun 1960-1n, negara ini tak memiliki jalan besar ataupun mata uang.
“Kami negeri yang damai, berusaha menyeimbangkan antara modernisasi dan menjaga tradisi yang sangat penting bagi rakyat. Sangat penting untuk mengontrol pengaruh luar,” tambah Heroka Zangpo, pekerja publik yang sedang menikmati perayaan penobatan di Thimpu.[dm/sry/ais]