David Levy (Scientific American)
Maastricht - Hubungan mesra antara manusia dan robot diperkirakan bukan lagi hayalan belaka di 40 tahun mendatang.
"Robot akan dibuat dengan memiliki emosi, personaliti, perasaan ingin tahu. Mereka bisa berbicara bahkan membuat manusia tertawa," ujar David Levy, penulis buku 'Love + Sex with Robots' dalam sebuah konferens internasional di Maastricht University, Belanda, seperti dikutip detikINET dari AFP, Senin (16/6/2008).
Hal ini juga diungkapkan oleh periset. Mereka menyatakan, robot akan dibuat semakin mendekati manusia, baik dari segi pergerakan, emosional atau kecerdasannya. Saat ini periset juga sedang gencar mengembangkan 3 hal tersebut.
Bahkan, dalam 5 tahun kedepan diperkirakan robot yang bisa menjadi 'boneka seks' juga sudah dapat diciptakan. "Seperti upgrade dari alat bantu seks elektrik yang sudah banyak di pasaran," tandas Levy.
Dengan makin pintarnya robot, diperkirakan manusia dapat berinteraksi dan bermesraan dengan robot, bahkan bercinta.
"Saya rasa semuanya akan terjadi di 40 tahun mendatang... atau bisa lebih cepat. Anda akan melihat robot yang sudah bisa menjadi teman ngobrol yang enak selayaknya berbicara dengan teman manusia," tutur Levy.
Percintaan Manusia - Robot Tak Etis?
Menanggapi pemikiran Levy, Dylan Evans, seorang pendidik dari Inggris menyatakan, apapun yang terjadi atau sepintar apapun robot tak akan ada hubungan percintaan manusia-robot seperti halnya manusia dengan manusia.
"Robot tak bisa memilihmu, mereka tak bisa menolakmu juga. Itu akan menjadikan hubungan antar manusia-robot menjadi sangat membosankan," ujar Evans.
Menurut Evans, walau bisa menjadi teman bercinta sekalipun, hubungan antar manusia-robot masih dianggap kurang etis.
Namun, Levy menyatakan, hubungan antar manusia-robot sangat mungkin terjadi. "Jutaan orang diluar sana sangat kesepian dan tak bisa berhubungan dengan orang lain karena masalah kepribadian mereka, mungkin terlalu malu, mempunyai kelainan seksual atau bahkan sangat buruk rupa sekalipun," timpal Levy.
Menurutnya, robot dapat menjadi pilihan bagi orang-orang tersebut, setidaknya pilihan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau fisiknya.
Annisa M. Zakir - detikinet