DUA kepiting bakau menyita perhatian publik Jambi. Bukan sembarang kepiting. Satwa laut yang ditangkap nelayan Kampung Laut, Kabupaten Tanjung Timur, Provinsi Jambi itu memiliki bentuk langka.
Tidak seperti umumnya kepiting, memang. Temuan nelayan ini bagian tempurungnya mirip tubuh manusia. Inilah yang memikat masyarakat jambi, termasuk pengunjung Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Jambi, Kamis 17 April 2008.
“Saya perhatikan memang tempurung atas kepiting itu, memang mirip tubuh manusia,” tutur Jumedi, staf DKP Tanjabtim, Jumedi. Itu kesaksian satu dari sekian banyak publik Jambi yang penasaran terhadap kepiting unit itu.
Kedua kepiting itu, beratnya, masing-masing 7,5 ons. Mulai kepala, mata, hidung. mulut, tangan dan hingga badan kepiting mirip manusia. Kepiting langka ini dijual seharga Rp 60.000 per kg.
Kepiting hasil budidaya di air asin ini memiliki rasa lebih gurih dari kepiting umumnya. Tak hanya tubuhnya yang unik, kepiting yang mampu bertahan hidup sepekan tanpa air di darat ini, ditangkap nelayan dengan cara unik.
Ikan ini dipancing menggunakan kapur sirih. “Jika garisan-garisan di tempurung kepiting ini diperjelas, sangat mirip tubuh manusia,” tegas Kepala DKP Provinsi Jambi, Herman Suherman.
“Kalau ditanya, mengapa bisa mirip manusia, tanya saja sama yang menciptakannya,” seloroh Herman. Bisa jadi canda Herman, sekadar memupus alam rasionalitas warga Jambi yang penasaran.
Namun, tak menutup kemungkinan juga sebuah jawaban ala sufisme. Mengapa? Jelas memang nelayan yang menangkap dan membudidayakan kepting bakau, tak pernah membayangkan aspek unik dan langka dari satwa tersebut.
Budidaya hanya bagian pengembangan bisnis di sektor perikanan di Kampung Laut. Tentu yang dimaksud Herman, bukan nelayan pembudidaya kepiting. Bukan pula karya ahli-ahli hebat perikanan yang mendapat tugas mengembangkan kepiting bakau.
Kausalitas bentuk unik kepiting bakau ini sama halnya dengan misteri keragaman bentuk manusia itu sendiri. Tak seorang pun di jagad ini memiliki kesamaan rupa, meskipun dilahirkan kembar siam.
Lalu, jika kita cari jawaban pada kedalaman hati kita, apa makna kepiting mirip manusia ini? Tak seorang pun manusia bisa memastikan. Bukankah sudah menjadi hukum alam, ketidakpastian itu sendiri yang pasti di alam fana ini.
Jelaslah, keunikan, keanehan, dan kelangkaan kepiting bakau Kampung Laut itu menjadi tanda pengingat masyarakat Jambi, Indonesia umumnya.
Pengingat eksistensi Allah SWT. Allah Maha Karya, Maha Besar, Maha Pintar, Maha Kaya, Maha Kuasa untuk menciptakan apapun yang diinginkan-Nya. Menciptakan manusia mirip kepiting pun, tak ada yang mampu merintangi.
Saatnya kita menyadari betapa kecilnya kita. Kecil ilmu, kecil kecerdasan, kecil apapun yang tak bisa dibandingkan dengan-Nya. Hanya membangun sikap dan perbuatan baik secara konkret menjadi pintu menuju Allah SWT.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3194308