Hidayatullah.com–Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indoesia (KBRI) di Kuala Lumpur segera menindaklanjuti kasus ”pabrik bayi” di Klang, Selangor, Malaysia, yang menggunakan TKW Indonesia sebagai ’’mesin produksi’’.
Bagian penerangan KBRI di Malaysia, Widyarka, dikutip Surabaya Post Kamis (24/12) menjelaskan, Polri kini bekerjasama dengan pihak kepolisian Malaysia untuk mengungkap kasus yang sepertinya menjadi fenomena gunung es itu.
’’KBRI melalui liaison office kepolisian sudah melakukan kontak dengan kepolisian Malaysia untuk menindaklanjuti kasus. Ini menjadi langkah awal dari pihak kepolisian kita,” ujar Widyarka.
Kasus ini mencuat setelah The Star mengungkapkan adanya sindikat perdagangan bayi dengan modus baru. Sindikat itu merekrut para pekerja wanita dari Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Para TKW itu diperintahkan berhubungan seks dengan beberapa pria. Sembilan bulan berikutnya, sindikat ini ”panen bayi” dan menjualnya ke pasangan yang lama ingin memiliki momongan.
Jika diperhatikan jumlah bayi yang telah diselamatkan pihak kepolisian Malaysia, Rabu (23/12), yakni 10 bayi, maka aktivitas ”pabrik bayi” ini ditengarai telah berlangsung sangat lama. Apa yang tampak itu bisa jadi mengindikasikan adanya fenomena yang lebih besar.
”Kasus ini baru terungkap setelah mencuat di media. Kami masih belum bisa memberikan informasi lebih jauh karena ini masih dalam tahap investigasi oleh pihak kepolisian Diraja Malaysia dan Indonesia,” ujar Jurubicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Indonesia Teuku Faizasyah.
Pihak penyelidik sendiri masih belum berani menginformasikan data lebih lanjut karena merasa temuan awal ini sebagai bagian dari jaringan yang lebih besar.
”Kami harus hati-hati meindaklanjut kasus ini, karena kalau ini merupakan bagian dari jaringan lainnya yang lebih besar. Tentunya tidak harus cepat diungkapkan untuk membongkar kasus ini,” kata Faiz, sapaan Teuku Faizasyah. ”Ini bisa jadi adalah fenomena gunung es,” tandas Faiz.
Berapa jumlah pasti bayi yang telah diproduski pabrik yang memanfaatkan TKW sebagai tempat ”pembenihan” tersebut masih menjadi tanda tanya. Pihak kepolisian Malaysia sendiri hingga Rabu (23/12) baru mengungkapkan telah berhasil menyelamatkan total keseluruhan sepuluh bayi yang merupakan hasil produksi dari pabrik biadab tersebut.
Widyarka menjelaskan, setidaknya ada empat WNI yang terlibat dalam sindikat perdagangan bayi tersebut. Mereka memiliki peran sebagai tempat untuk ’’pembenihan’’. ”Sebenarnya WNI sudah diketahui, tapi saya tidak dalam kapasitas menyebutkan dan masih dalam proses investigasi dan melibatkan kepolisan kita,” ujar Widyarka.
Faizasyah menambahkan, ”Itu yang sedang kita selidiki karena bisa saja WNI kita diiming-imigi sejumlah uang. Tapi jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Biarkan proses penyelidikan berjalan,” ujar Faiz.
Dalam konteks ini, KBRI mengaku bereaksi dengan cepat dan memastikan perlindungan bagi warga negara RI. ”Namun saya tidak tahu persis apakah WNI kita menjadi korban murni atau bagaimana. Mudah-mudahan segara ada informasi,” ujar Widyarka yang bicara lewat sambungan telepon dari Malaysia.
Dalam penyelidikan tersebut, kepolisian RI berfungsi membantu pajabat penghubung Polri di Malaysia. ”Ini yurisdiksi Malaysia, pemerintah Malaysia menjadi pihak pertama dalam penyelidikan. Polisi kita lebih banyak sebagai penguhubung bagaimana memberikan bantuan terhadap korban atau statusnya seperti apa, dan keterangan-keterangan lebih lanjut. Mereka menjadi peghubung dengan pihak tanah air,” ujar Widyarka.
Terkait siapa yang berhak memiliki bayi hasil pabrik tersebut masih belum bisa diketahui. ”Itu bingung juga, belum bisa ke arah sana saat ini. Sebab, kasusnya masih diurai. Yang penting perlindungan akan diberikan. Dan proses keterlibatan kita dalam hal ini belum sejauh itu,” jelas Faiz.
Faiz mengakui bahwa minimnya informasi yang diperoleh juga disebabkan oleh libur cuti bersama baik di Malaysia maupun di Indonesia. Sejauh ini belum diketahui perkembangan hasil dari kepolisian kita yang sudah terlibat.
Kepala Polisi Selangor Deputy Komisaris Khalid Abu Bakar mengatakan, Rabu (23/12) ini berhasil menyelamatkan lima anak lagi dari ”pabrik bayi Klang.” Mereka adalah empat bayi dan balita, berusia tiga bulan hingga tiga tahun.
”Para bocah diselamatkan setelah pembawanya menyerahkan diri, lainnya ditemukan polisi,’’ kata dia. Khalid mengaku tidak bisa memastikan berapa bayi yang diserahkan dan berapa yang berhasil diselamatkan polisi.
Sebelumnya, polisi juga menyelamatkan 5 bayi, 2 perempuan dan 3 laki-laki berusia 2 minggu hingga 9 bulan dalam Operasi Kasih yang dimulai awal Desember ini. ”Investigasi polisi juga menemukan anak-anak itu memiliki dokumen. Perantara penjualan bayi berpura-pura sebagai orang tua biologis mereka,” ujar Khalid.
Pada 14 Desember 2009, polisi mengumumkan telah membongkar sindikat di balik ’’pabrik bayi’’. Ada 15 orang yang ditangkap. Di antara mereka, 2 perempuan dan 1 pria asal Indonesia ditangkap pada 15 Desember 2009. Kemudian, 2 perempuan Indonesia lainnya ditangkap 18 Desember 2009. Sementara, 2 perempuan asal Malaysia ditangkap Minggu kemarin.
Posisi mereka, Khalid menjelaskan, perempuan asal Malaysia berperan sebagai agen sindikat. Dan yang mengenaskan, diantara empat perempuan Indonesia itu semuanya berperan untuk memproduksi bayi.
”Mereka rata-rata berusia antara 22 dan 36 tahun. Mereka ditahan di Klang di Kajang, Klang dan Banting,” kata Khalid.
Sindikat ‘pabrik bayi’ di Malaysia merekrut beberapa perempuan, mereka diperintahkan melakukan hubungan seksual dengan beberapa laki-laki. Sembilan bulan kemudian, sindikat ini akan ‘panen bayi’ dan menjualnya ke pasangan yang lama mendambakan anak untuk ditimang.
Perempuan-perempuan yang direkrut berasal dari Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Bayi-bayi itu dijual antara RM 15.000 hingga RM 20.000 atau lebih mahal, tergantung kondisi fisik bayi. Menurut investigasi, sindikat ini setidaknya sudah menjual 10 bayi. [viv/sby/www.hidayatullah.com]
Bagian penerangan KBRI di Malaysia, Widyarka, dikutip Surabaya Post Kamis (24/12) menjelaskan, Polri kini bekerjasama dengan pihak kepolisian Malaysia untuk mengungkap kasus yang sepertinya menjadi fenomena gunung es itu.
’’KBRI melalui liaison office kepolisian sudah melakukan kontak dengan kepolisian Malaysia untuk menindaklanjuti kasus. Ini menjadi langkah awal dari pihak kepolisian kita,” ujar Widyarka.
Kasus ini mencuat setelah The Star mengungkapkan adanya sindikat perdagangan bayi dengan modus baru. Sindikat itu merekrut para pekerja wanita dari Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Para TKW itu diperintahkan berhubungan seks dengan beberapa pria. Sembilan bulan berikutnya, sindikat ini ”panen bayi” dan menjualnya ke pasangan yang lama ingin memiliki momongan.
Jika diperhatikan jumlah bayi yang telah diselamatkan pihak kepolisian Malaysia, Rabu (23/12), yakni 10 bayi, maka aktivitas ”pabrik bayi” ini ditengarai telah berlangsung sangat lama. Apa yang tampak itu bisa jadi mengindikasikan adanya fenomena yang lebih besar.
”Kasus ini baru terungkap setelah mencuat di media. Kami masih belum bisa memberikan informasi lebih jauh karena ini masih dalam tahap investigasi oleh pihak kepolisian Diraja Malaysia dan Indonesia,” ujar Jurubicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Indonesia Teuku Faizasyah.
Pihak penyelidik sendiri masih belum berani menginformasikan data lebih lanjut karena merasa temuan awal ini sebagai bagian dari jaringan yang lebih besar.
”Kami harus hati-hati meindaklanjut kasus ini, karena kalau ini merupakan bagian dari jaringan lainnya yang lebih besar. Tentunya tidak harus cepat diungkapkan untuk membongkar kasus ini,” kata Faiz, sapaan Teuku Faizasyah. ”Ini bisa jadi adalah fenomena gunung es,” tandas Faiz.
Berapa jumlah pasti bayi yang telah diproduski pabrik yang memanfaatkan TKW sebagai tempat ”pembenihan” tersebut masih menjadi tanda tanya. Pihak kepolisian Malaysia sendiri hingga Rabu (23/12) baru mengungkapkan telah berhasil menyelamatkan total keseluruhan sepuluh bayi yang merupakan hasil produksi dari pabrik biadab tersebut.
Widyarka menjelaskan, setidaknya ada empat WNI yang terlibat dalam sindikat perdagangan bayi tersebut. Mereka memiliki peran sebagai tempat untuk ’’pembenihan’’. ”Sebenarnya WNI sudah diketahui, tapi saya tidak dalam kapasitas menyebutkan dan masih dalam proses investigasi dan melibatkan kepolisan kita,” ujar Widyarka.
Faizasyah menambahkan, ”Itu yang sedang kita selidiki karena bisa saja WNI kita diiming-imigi sejumlah uang. Tapi jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Biarkan proses penyelidikan berjalan,” ujar Faiz.
Dalam konteks ini, KBRI mengaku bereaksi dengan cepat dan memastikan perlindungan bagi warga negara RI. ”Namun saya tidak tahu persis apakah WNI kita menjadi korban murni atau bagaimana. Mudah-mudahan segara ada informasi,” ujar Widyarka yang bicara lewat sambungan telepon dari Malaysia.
Dalam penyelidikan tersebut, kepolisian RI berfungsi membantu pajabat penghubung Polri di Malaysia. ”Ini yurisdiksi Malaysia, pemerintah Malaysia menjadi pihak pertama dalam penyelidikan. Polisi kita lebih banyak sebagai penguhubung bagaimana memberikan bantuan terhadap korban atau statusnya seperti apa, dan keterangan-keterangan lebih lanjut. Mereka menjadi peghubung dengan pihak tanah air,” ujar Widyarka.
Terkait siapa yang berhak memiliki bayi hasil pabrik tersebut masih belum bisa diketahui. ”Itu bingung juga, belum bisa ke arah sana saat ini. Sebab, kasusnya masih diurai. Yang penting perlindungan akan diberikan. Dan proses keterlibatan kita dalam hal ini belum sejauh itu,” jelas Faiz.
Faiz mengakui bahwa minimnya informasi yang diperoleh juga disebabkan oleh libur cuti bersama baik di Malaysia maupun di Indonesia. Sejauh ini belum diketahui perkembangan hasil dari kepolisian kita yang sudah terlibat.
Kepala Polisi Selangor Deputy Komisaris Khalid Abu Bakar mengatakan, Rabu (23/12) ini berhasil menyelamatkan lima anak lagi dari ”pabrik bayi Klang.” Mereka adalah empat bayi dan balita, berusia tiga bulan hingga tiga tahun.
”Para bocah diselamatkan setelah pembawanya menyerahkan diri, lainnya ditemukan polisi,’’ kata dia. Khalid mengaku tidak bisa memastikan berapa bayi yang diserahkan dan berapa yang berhasil diselamatkan polisi.
Sebelumnya, polisi juga menyelamatkan 5 bayi, 2 perempuan dan 3 laki-laki berusia 2 minggu hingga 9 bulan dalam Operasi Kasih yang dimulai awal Desember ini. ”Investigasi polisi juga menemukan anak-anak itu memiliki dokumen. Perantara penjualan bayi berpura-pura sebagai orang tua biologis mereka,” ujar Khalid.
Pada 14 Desember 2009, polisi mengumumkan telah membongkar sindikat di balik ’’pabrik bayi’’. Ada 15 orang yang ditangkap. Di antara mereka, 2 perempuan dan 1 pria asal Indonesia ditangkap pada 15 Desember 2009. Kemudian, 2 perempuan Indonesia lainnya ditangkap 18 Desember 2009. Sementara, 2 perempuan asal Malaysia ditangkap Minggu kemarin.
Posisi mereka, Khalid menjelaskan, perempuan asal Malaysia berperan sebagai agen sindikat. Dan yang mengenaskan, diantara empat perempuan Indonesia itu semuanya berperan untuk memproduksi bayi.
”Mereka rata-rata berusia antara 22 dan 36 tahun. Mereka ditahan di Klang di Kajang, Klang dan Banting,” kata Khalid.
Sindikat ‘pabrik bayi’ di Malaysia merekrut beberapa perempuan, mereka diperintahkan melakukan hubungan seksual dengan beberapa laki-laki. Sembilan bulan kemudian, sindikat ini akan ‘panen bayi’ dan menjualnya ke pasangan yang lama mendambakan anak untuk ditimang.
Perempuan-perempuan yang direkrut berasal dari Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Bayi-bayi itu dijual antara RM 15.000 hingga RM 20.000 atau lebih mahal, tergantung kondisi fisik bayi. Menurut investigasi, sindikat ini setidaknya sudah menjual 10 bayi. [viv/sby/www.hidayatullah.com]